Rabu, 14 Juli 2010

jalan Tuhan

kamu tahu apa yang paling saya inginkan?
saya ingin melihat dunia.. saya ingin berlari ditengah bioma stepa dan lembah bunga himalaya, saya ingin menjadi saksi kemegahan kota kuno dipolandia utara, saya ingin merasakan pasir putih maladewa, saya ingin menunggang kuda sepanjang altai siberia, saya ingin memacu adrenalin saya dengan kecantikan padang savannah Afrika..

ya, saya cuma mau memanfaatkan umur saya untuk melihat karya Tuhan yang luar biasa.

sekarang umur saya sudah hampir 22 tahun, 18 tahun terakhir saya habiskan berlari lari menghirup celah celah edukasi yang (katanya) adalah investasi terbesar seorang manusia. dan ya, satu kewajiban itu sudah saya selesaikan. saya sudah menyelesaikan strata1 saya. tingkatan standar dari fase perkuliahan. selebihnya, seharusnya saya boleh menganggap 'hutang' saya telah selesai. dan saya mempunyai hak sepenuhnya untuk berlari, dan kembali ke titik impian saya: melihat dunia..

saya sering berpikir, seandainya besok dengan paspor ditangan saya bisa pergi dari sini, tidak..jangan kira saya tidak mencintai negri ini. saya mencintai negri saya dengan segala keindahannya. toraja, bukittinggi, bunaken, ranu kumbolo, raja Ampat Papua, dan ah terlalu banyak . tapi saya ingin pergi lebih jauh lagi, saya ingin berpetualang tanpa beban, tanpa desakan untuk pulang. saya ingin menjumpai berbagai macam orang didunia, dari segala ras, segala agama.. saya ingin memperkaya jiwa saya, pengetahuan saya..

tapi lihat saya sekarang. ya, saya ada didepan laptop saya. saya sedang menjelajahi dunia maya untuk mendapatkan informasi mengenai lowongan pekerjaan. ya, betul sekali. tampaknya saya secepatnya akan menyerahkan jiwa saya di tangan tangan liberalisme dan feodalisme. sepertinya prinsip 'yang kuat akan menang' akan saya resapi sepenuhnya. dan ya, selanjutnya saya ingin mewujudkan dongeng cinderella versi saya, dimana ada pangeran tampan berpedang yang akan mencintai saya dengan sempurna..

ya, itulah hidup. itulah hidup saya. mungkin terlihat jika saya menyesalinya. tidak, tidak sama sekali. karena saya tahu setiap mimpi yang manusia pikirkan harus segera dibangunkan dengan keterbatasan.
saya mengapresiasikan keterbatasan itu layaknya jalan Tuhan.

jalan Tuhan untuk saya.
dan bukankah Jalan Tuhan selalu yang terbaik?