mungkin jika saya menelisik ke beberapa tahun lalu ceritanya akan berbeda. akan berbeda cara saya memandang dia, mengartikan kehadirannya.
entah mengapa sejak dulu,secara diam diam dia pernah membuat mata saya tertuju padanya. beberapa tahun yang lalu. saat saya melihatnya berdiri. dengan jaket kuning itu. saya terpaku melihatnya, walau saya tidak tahu karena apa.
dan waktu berjalan berlari. dia dengan dunianya yang entah apa dan entah dimana. dan saya? ya saya menjalani hidup dengan biasa biasa saja. terlena. tertawa dan menangis. tapi tidak apa hidup memang sebuah gabungan dari 2 variabel berkorelasi positif : tawa dan air mata.
entah mengapa di suatu sudut hari yg tampaknya biasa biasa saja saya bertemu dengan dia. tidak sengaja. kami bertegur sapa. kami menghabiskan waktu berdua. dia tidak seperti yang saya kira. dia bertembok besar yang membuat saya terhalangi untuk berusaha mengenalnya. dan saya? ya, saya masih terlalu larut dalam kesedihan kisah lama. hati saya sedang hancur saat itu. dan saya masih menikmati kehancuran saya, saya tidak ingin dulu mengumpulkan keping-keping itu. tidak dengan orang lain. tidak dengannya.
lagi lagi wktu berlalu lagi dan ia hilang, saya hilang mengarungi 2 kehidupan berbeda dengan cara yang berbeda.
tapi entah mengapa hal yang berbeda itu kembali membawa kita,mendaratkan kita di suatu jalan yang tiba tiba sama lagi. setelah sekian lama.
dia kembali menyapa, menyapa dengen senyum yang sama dengan beberapa waktu yang lalu.
tapi dengan arti yang berbeda.
tidak ada lagi tembok besar saar saya ingin berusaha meraih dirinya
tidak ada lagi kepingan hati saya yang hancur yang belum bisa saya kumpulkan
lalu saya sadar dia sebenarnya selalu ada, saya selalu ada, rasa ini memang mungkin ada. sudah ada tapi waktu dengan bijak berkata :'hei ini saatnya'
lalu tibalah akhirnya saya berada di titik ini.
titik dmana dia menjadi cahaya saya, hangat dan tidak bisa saya lepaskan.
menjadi sumber dari sgala sudut senyum yang bisa saya beriakan
dia seperti warna kuning yang cerah yang membuat saya diam tidak berkutik dengan kenyamanan yang dia berikan
kenyamanan yang tidak bisa saya perspektifkan secara verbal.
dia,ya dia..
hanya dia.
dan saya berhutang kepada waktu akan semua keindahan ini,
terima kasih :)
entah mengapa sejak dulu,secara diam diam dia pernah membuat mata saya tertuju padanya. beberapa tahun yang lalu. saat saya melihatnya berdiri. dengan jaket kuning itu. saya terpaku melihatnya, walau saya tidak tahu karena apa.
dan waktu berjalan berlari. dia dengan dunianya yang entah apa dan entah dimana. dan saya? ya saya menjalani hidup dengan biasa biasa saja. terlena. tertawa dan menangis. tapi tidak apa hidup memang sebuah gabungan dari 2 variabel berkorelasi positif : tawa dan air mata.
entah mengapa di suatu sudut hari yg tampaknya biasa biasa saja saya bertemu dengan dia. tidak sengaja. kami bertegur sapa. kami menghabiskan waktu berdua. dia tidak seperti yang saya kira. dia bertembok besar yang membuat saya terhalangi untuk berusaha mengenalnya. dan saya? ya, saya masih terlalu larut dalam kesedihan kisah lama. hati saya sedang hancur saat itu. dan saya masih menikmati kehancuran saya, saya tidak ingin dulu mengumpulkan keping-keping itu. tidak dengan orang lain. tidak dengannya.
lagi lagi wktu berlalu lagi dan ia hilang, saya hilang mengarungi 2 kehidupan berbeda dengan cara yang berbeda.
tapi entah mengapa hal yang berbeda itu kembali membawa kita,mendaratkan kita di suatu jalan yang tiba tiba sama lagi. setelah sekian lama.
dia kembali menyapa, menyapa dengen senyum yang sama dengan beberapa waktu yang lalu.
tapi dengan arti yang berbeda.
tidak ada lagi tembok besar saar saya ingin berusaha meraih dirinya
tidak ada lagi kepingan hati saya yang hancur yang belum bisa saya kumpulkan
lalu saya sadar dia sebenarnya selalu ada, saya selalu ada, rasa ini memang mungkin ada. sudah ada tapi waktu dengan bijak berkata :'hei ini saatnya'
lalu tibalah akhirnya saya berada di titik ini.
titik dmana dia menjadi cahaya saya, hangat dan tidak bisa saya lepaskan.
menjadi sumber dari sgala sudut senyum yang bisa saya beriakan
dia seperti warna kuning yang cerah yang membuat saya diam tidak berkutik dengan kenyamanan yang dia berikan
kenyamanan yang tidak bisa saya perspektifkan secara verbal.
dia,ya dia..
hanya dia.
dan saya berhutang kepada waktu akan semua keindahan ini,
terima kasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar